Haha!
I know this is kinda strange to start with an awkward laugh.. But, to write here (again) after veeery long time is such unique feeling mixed up, in a good way.
I am so happy to have quality time with myself. In the mid of chaos of corona, WFH brings me to myself. Gue jadi inget hal-hal yang mungkin untuk beberapa waktu sempat terlupa karena kehidupan 9to5 dan sibuk membuat work life balance. Gue jadi buka lemari dan mulai buka-buka buku yang udah dibeli mungkin setahun bahkan dua tahun lalu, tapi baru dibaca sekali, belum selesai, atau bahkan belum sama sekali. Gue jadi meng-appreciate hal-hal kecil dan jadi inget bahwa segitu sukanya foto-foto random pake #phoneonly (Duh. The hashtag haha..) Then, I stalk my account.. (Hm, kalo akun sendiri bilangnya stalk gaksih?)
I talked to myself, “Lot of things happened.” It’s kinda nostalgic, bad thing, good thing. Segimana randomnya I took photos, dan sebegitu gak pedulinya dulu dengan caption bakal ada yang baca atau engga. Bahkan gimana I evolve myself: dari yang se-jarang itu ngepost muka (I don’t know why..), isinya foto kaki lah, pojok ruangan lah. Hingga akhirnya malah sering selfie, foto ootd. Dan sekarang lagi trying to show story instead of my face.
I do believe photos taken by someone is refer to their own character, their feelings. And this is how I change..
Back then at college, I used VSCO with favo filters: A6, G3, HB1, HB2 and turn temperature down to blue/cool tone. It looks crisp&deep with bold contrast, but somehow it kinda looks cold gloomy & depict of loneliness. Sepertinya saat itu gue masih menyesuaikan diri dengan kota baru, hidup sendiri dari keluarga. Kala di Bandung, gue beberapa kali melakukan perjalanan sendiri. At those moments, I feel like I found myself.. Well, mungkin gak totally ‘menemukan’ diri gue. Tapi, I feel like finally I have so much time to know myself more. Kenalan sama diri sendiri. Menghabiskan waktu sendiri. Damn. Dulu gue se-sendiri itu ya haha.. tapi senang. Kalo sedih, menemukan peaceful-moment sendiri. I do have friends, and trust me they all lovely and caring. I’m just struggling with myself to adapt.
I used to explore with Lightroom, with yellowish kinda desturated tone. As long I remembered, I was kinda bored and wanna try something new without much of adjusting colors and light. Kebanyakan momen di saat ini adalah gue bertemu, bukan, bukan bertemu. Berteman dengan teman-teman baru. Teman angkatan yang sebelumnya gue cuma tau namanya aja, di momen-momen terakhir kuliah gue bisa ngobrol sama mereka. Kerjasama dengan mereka. Main werewolf seangkatan, haha it was really fun.
I don’t really care about filters. How to match the feeds. The only thing I care is my face, my outfit. Padahal siapa juga w kan, fashion stylist juga bukan :)
Mungkin saat itu gue merasa perlu menunjukkan sesuatu. Merasa bahwa gue cantik, dimana tahun-tahun sebelumnya perasaan ini tidak pernah gue rasakan. Dahulu, gue sangat tidak confident dan merasa selalu ada yang kurang dalam diri gue. Haha I know it’s cringe. Tapi, hal positif yang gue liat disini adalah gue belajar untuk self-love. Belajar bahwa selalu ada yang bisa di appreciate pada diri gue. Sedihnya, perspektif ini hanya gue terapkan untuk cara melihat fisik gue. Yang justru, selanjutnya menjadi bumerang untuk diri sendiri. Then, I am starting to lose myself and forget who am I because I was too focus about ‘appreciating’ myself, physically.
—
After all those adventure of myself, I am still learning to have an honest conversation with myself. Who am I. Whom I wanna be. What I like. What am I gonna do. Seru sekali buat gue saat nge-scroll feed instagram diri sendiri. Perpindahan warna dan tone yang gue rasakan seperti melihat diri gue yang berubah-ubah. It taught me to appreciate myself, I guess. Sekarang, gue ingin mencoba untuk fokus pada cerita. Bukan pada pantulan cermin, atau caption yang sepertinya dibuat hanya untuk lalu dan berniat mengarahkan pada foto untuk iba pada likes saja. Mungkin, sekarang bisa untuk nyoba gak peduli dengan “What they gonna think about me if I .... if I .... if I .... “
Entah filter apa, editing bagaimana, angle darimana, caption sepanjang apa. Mungkin, sekarang bisa untuk nyoba bertanya pada diri sendiri “Am I gonna do this? Do I really wanna post this? Will my future-self learn something from this?”
Begitu sepertinya cara untuk benar-benar mengaplikasikan bio pada akun Instagram gue:
Presenting moments, to remind myself in the future.