Mendapatkan rutinitas seperti ini lagi, sibuk dalam
pendidikan. Bedanya, sekarang dalam mood
yang lebih bagus. Masa saat gue berpusing ria dengan tugas kuliah, masa saat
gue berusaha jadi a good listener
yang dengerin curhatan orang-orang, masa saat gue membuat joke murahan untuk melebur dalam pergaulan, masa saat gue
(lagi-lagi) menggunakan intonasi tinggi hingga (kembali) dijuluki “Si Jutek”,
masa saat gue mengamati banyaknya makhluk terjebak dalam percintaan dan
bersembunyi dalam perasaan.
Perasaan yang harusnya dirasa tapi gue masih akan memilih dalam diam menahan walau kadang suka bertanya-tanya. Hal yang belom tentu kejadian seperti dikhayalkan itu, ngebikin gue sering prefer buat pura-pura gak merasakannya.
Seperti bekas operasi, sampai sembuh juga tetep keliatan
jahitannya. Masa lalu tetap berkenang untuk masa selanjutnya. Jahitannya yang
selalu bikin inget seakan jadi reminder, “Jangan gitu. Kan dulu udah pernah.” “Jangan gini ah, entar kayak dulu lagi.” "Stop, stop.
Inget, inget..”
Indiana Jones dari kampus gue bilang,
Masa lalu ada untuk masa kini dan masa depan.
Prinsip itulah yang gue, dan malah mungkin hamper semua
berpegang padanya. Takut sakit lagi, takut gagal lagi, takut salah lagi, takut
kayak dulu lagi. But who knows, maybe
we can see different ending though we use same way. Maybe we can make it.
Kalo kita nyoba dengan usaha yang niatnya beda, lebih jelas dan lebih
mempertahankan niat. Temen kampus gue yang lain bilang,
Prinsipnya udah benar, hanya saja cara memegangnya yang belum benar.
Masa lalu bisa dijadiin pelajaran. But past is still past. Jangan
malah terjebak dalam masa lalu, tapi justru keluar dan mencoba hal yang baru
lagi. Kalo di masa lalu gue udah salah dan mendapatkan kenyataan yang gak
sesuai harapan, di masa kini gue bisa coba lagi hal yang sama dengan cara yang
berbeda. Dan semoga dengan hasil yang berbeda, sesuai khayalan.
:))